Pages

Friday, February 8, 2013

Dampak Polusi dan Bahan Kimia terhadap Kesuburan

Dalam lingkungan tempat kita tinggal dan bekerja terdapat ribuan bahan kimia yang tak dapat dielakkan dari kehidupan kita sehari-hari. Terlebih lagi bagi mereka yang bekerja di bidang kesehatan. Penelitian menunjukkan bahwa etilen oksida (bahan kimia untuk mensterilkan alat bedah dan membuat pestisida) dapat menyebabkan cacat lahir dan berpotensi menyebabkan keguguran dini (di awal kehamilan). Paparan radiasi yang berulang, seperti sinar-X, terbukti mempengaruhi produksi sperma dan menimbulkan masalah pada ovarium.

Bagaimana dengan dua juta pestisida, herbisida, dan fungisida yang ditumpahkan ke lingkungan setiap harinya? Semua bahan ini diyakini berpengaruh buruk terhadap sistem reproduksi. Bahan-bahan berbahaya ini dapat masuk ke tubuh Anda melalui beragam cara: terhirup, melalui sentuhan, atau tertelan. Beberapa bahan kimia yang umum kita ketahui adalah:

Pestisida dan hidrokarbon berklorin. Pestisida, seperti obat semprot anti kecoa atau anti semut yang digunakan secara luas merupakan bahan kimia yang kita temui sehari-hari dan seiring waktu tertimbun dalam tubuh. Bahan kimia pertanian, termasuk pestisida, herbisida, dan fungisida terkenal dengan racunnya. Beberapa jenis bahan kimia ini terbukti menyebabkan penurunan jumlah sperma dan berkurangnya kesuburan pada para pekerja pabrik, pertanian, dan kehutanan yang terpapar bahan-bahan tersebut.

Bahan-bahan kimia itu juga berdampak buruk pada sistem reproduksi wanita. Contohnya, gangguan menstruasi teramati pada populasi wanita Jepang yang mengkonsumsi minyak sayur yang terkontaminasi bifenil poliklorin (PCB). Banyak bahan kimia, seperti DDT dan PCB, menumpuk di alam akibat pembuangan limbah yang sembarangan, pemakaian secara berlebihan, atau memang karena tingkat kestabilannya yang tinggi. Kontak dengan toksin dalam pestisida, misalnya DBCP (diklorobromokloropropana) dapat menimbulkan masalah pada ovarium wanita, bahkan kemungkinan juga menopause dini.

Banyak senyawa kimia yang memiliki sifat seperti estrogen, dan beraksi seperti estrogen pula, sehingga mengacaukan proses progestasi.

Pelarut dan pembersih. Industri garmen dan penatu kering banyak sekali menggunakan pelarut metilen klorida, trikloroetilen, dan formaldehida. Bahan-bahan ini dikenal membahayakan sistem reproduksi. Banyak dari senyawa ini yang berumur paruh panjang sehingga dapat mengakibatkan akumulasi racun pada sistem reproduksi.

Toluen, pelarut industri yang banyak digunakan dalam cat, lem, dan pernis, bisa menyebabkan siklus menstruasi yang semakin panjang pada wanita yang terpapar.

Logam berat. Saat ini banyak logam berat yang terlepas ke lingkungan kita. Kita dapat terpapar logam berat melalui kontak kulit, terhirup, atau masuk melalui makanan. Logam dapat berinteraksi langsung dengan sistem reproduksi. Semua logam berat berimplikasi menyebabkan kemandulan (infertilitas). Dalam sebuah penelitian, paparan mercury pada pekerja industri lampu menunjukkan peningkatan resiko gangguan menstruasi, penurunan tingkat kesuburan, dan kehamilan yang abnormal.

Penelitian juga menunjukkan bahwa wanita yang dalam pekerjaannya terpapar dengan kadmium, timbel, atau mercury mengalami peningkatan resiko kemandulan tak jelas sebanyak 2,9 kali dan peningkatan resiko konsepsi tertunda sebesar 1,7 kali. Penelitian pada binatang juga menunjukkan hasil yang tidak jauh berbeda. Pada penelitian tersebut, timbel yang tertelan mengakibatkan masalah reproduksi pada betina dewasa. Pada manusia, masalah ini mucul sebagai siklus menstruasi yang tidak teratur, menstruasi abnormal (darah haid terlalu banyak atau tidak haid sama sekali), perkembangan kista ovarium, atau pematangan seksual yang tertunda. Pria yang terpapar timbel dapat mengalami penurunan jumlah sperma, kemampuan gerak sperma yang rendah, bertambahnya berat kelenjar prostat, atau bahkan impotensi.

Gas anestesi. Wanita yang terpapar obat bius secara rutin (misalnya staf ruang operasi) sering memiliki peningkatan kadar sirkulasi zat tersebut dalam tubuh mereka, dan memiliki tingkat resiko yang lebih tinggi untuk mengalami keguguran dan kemandulan (infertilitas).

Meskipun banyak penelitian menunjukkan korelasi langsung antar bahan kimia, toksin, dengan masalah reproduksi, sulit untuk membuktikan bahwa paparan terhadap zat-zat tersebut di tempat kerja dapat menyebabkan kemandulan (infertilitas). Karena tak ada jawaban yang pasti untuk itu, Anda harus melakukan apa yang Anda rasa benar bagi kesehatan diri sendiri dan mengurangi paparan terhadap bahan-bahan yang diketahui bersifat racun.

Artikel Terkait:
Buku Panduan Cara Cepat Hamil
Radiasi Elektromagnetik Membahayakan Kesuburan Anda
Gaya Hidup yang Menurunkan Kualitas Sperma
Disfungsi Ereksi (Impotensi)
Obat-obatan dapat Mempengaruhi Produksi Sperma pada Pria
Sperma dan Infertilitas Pria
Cara Cepat Hamil 9 - Waspadai Lingkungan