Pages

Tuesday, January 29, 2013

Sperma dan Infertilitas Pria

Anda mungkin tidak menyadari bahwa selama melakukan hubungan seksual, ratusan juta sperma dilepaskan ke dalam vagina pasangan Anda. Dari vagina, sperma bergerak cepat menuju tuba fallopi melalui serviks dan uterus. Pergerakan ini lebih banyak disebabkan oleh kontraksi ritmis dari organ wanita daripada kemampuan berenang sperma itu sendiri. Dari sekian ratus juta sperma, hanya beberapa ratus sperma yang berhasil mencapai sepertiga pertama tuba fallopi (tempat biasanya terjadi pembuahan). Setelah diejakulasikan ke dalam vagina, sperma hidup dan mampu membuahi sel telur selama dua hingga lima hari. Jika selama tiga hari itu terjadi ovulasi, maka salah satu sperma akan menembus masuk ke sel telur dan memulai kehamilan. Hanya dibutuhkan satu sperma yang berkualitas untuk menghasilkan kehamilan.

Diagnosis infertilitas yang paling sering terjadi pada pria adalah tidak adanya sperma sehat dalam jumlah yang mencukupi. Hanya sedikit sekali persentase pria mandul (infertil) yang sama sekali tidak mempunyai sperma (jumlah sperma nol). Untuk dapat menghasilkan kehamilan, sperma Anda harus memenuhi kriteria berikut:
  1. Volume sperma mencukupi. Jika kurang dari 20 juta sperma per mililiter, maka peluang terjadinya kehamilan menurun.
  2. Sperma aktif dan tidak menggerombol. Sperma yang lemah dan menggerombol akan sulit menembus lendir serviks, apalagi membuahi sel telur.
  3. Bentuk dan ukuran sperma relatif normal. Kepala sperma harus berbentuk oval. Sperma yang berkepala bundar kemungkinan tidak memiliki paket enzim pada puncak kepalanya. Paket enzim inilah yang memungkinkan sperma menembus lapisan terluar sel telur.
  4. Tidak terpengaruh secara negatif oleh antibodi pasangan.
Terkadang, jumlah sperma yang rendah terjadi hanya sementara. Kondisi ini dapat disebabkan oleh demam, virus, atau selesma. Infeksi tertentu yang menyebabkan jumlah sel darah putih meningkat juga bisa menurunkan jumlah sperma. Stres tinggi atau kurang tidur juga bisa menyebabkan kelainan bentuk atau penurunan jumlah sperma untuk sementara.

Sekitar satu dari dua puluh pria dengan ketiadaan sperma secara total saat ejakulasi, mengalami ejakulasi retrogard. Kondisi ini terjadi ketika ejakulasi didorong kembali ke kandung kemih. Ejakulasi retrogard bisa diobati dengan dekongestan, seperti pseudoefedrin, yang bekerja mengencangkan leher kandung kemih dan mencegah refluks. Aliran mundur sperma ini bisa disebabkan oleh obat-obatan untuk tekanan darah tinggi atau operasi kandung kemih. Jika sperma tidak dapat menghampiri sel telur, maka pembuahan tak akan terjadi. Kemandulan (infertilitas) biasanya terjadi karena testis gagal turun ke dalam skrotum. Selain itu, demam, penyakit kronis, atau cedera fisik yang parah juga dapat membahayakan produksi sperma Anda, atau menghambat pengirimannya.

Artikel Terkait:
Pemeriksaan Infertilitas (Kemandulan) pada Pria